Bandar Blackjack Teraman - Kisah Seorang penghuni Gua Langse Di Laut Selatan, Mbah Kijem | IntanBet
Bandar Blackjack Teraman - Kisah Seorang penghuni Gua Langse Di Laut Selatan, Mbah Kijem | IntanBet Dalam hidup, terkadang manusia merasa sendiri. Tak ada yang menemani. Dalam kesendirian, hidup terasa lebih berat. Tak ada orang yang menanggung beratnya masalah hidup bersama-sama.
Namun ada pula orang-orang yang merasa lebih nyaman dalam kesendirian. Mereka sengaja menjauh hingar bingar kehidupan manusia yang penuh tipu daya, lalu menjalani kehidupan sendiri di tempat terpencil.
Itulah yang dilakukan Mbah Kijem. Dia tinggal menetap di Gua Langse sejak tahun 1968. Sempat tinggal bersama suaminya dan melahirkan seorang anak, Mbah Kijem pada akhirnya memilih kembali ke gua. Setelah lebih dari 50 tahun berlalu, dia tetap nyaman tinggal di gua dan tak ingin berpindah tempat.
“Ada orang atau tidak, saya di sini,” ujar Mbah Kijem
Dilansir dari YouTube Narasi TV, Mbah Kijem memilih tinggal sendiri di Gua Langse karena mendapat panggilan gaib. Pada waktu muda, dia mengaku hidup susah. Oleh karena itulah ia menjalankan laku tirakat di Gua Cerme. Di sana dia minta doa agar diberikan pekerjaan.
Setelah empat bulan sejak tirakat, Mbah Kijem yang waktu itu masih berumur 19 tahun mendapat petunjuk. Seorang laki-laki mendekati Mbah Kijem. Dia menyarankan Mbah Kijem untuk pergi ke Gua Langse.
“Laki-laki tua itu bilang, ’kamu itu sebenarnya nggak di sini. Kamu itu tempatnya di Gua Langse.’ Kira-kira dua langkah sampai di bawah pohon cempaka, orang itu menghilang,” ungkap Mbah Kijem dikutip dari YouTube Otto Ferdinand.
Di Gua Langse, Mbah Kijem tinggal bersama anjingnya yang bernama Bambang. Setiap harinya atau dalam tiga hari sekali, dia melintasi sebuah jalan sempit tebing yang curam untuk mencari kayu bakar yang akan dia gunakan untuk bahan bakar memasak.
Jalan yang dilalui Mbah Kijem untuk mencapai atas tebing cukup terjal dan berbahaya. Selain sempit, jalan itu berbatasan langsung dengan jurang yang di bawahnya membentang Samudra Hindia dengan ombaknya yang ganas.
Bagi Mbah Kijem, aktivitas fisik itu ia lakukan sebagai penghilang stres. Soalnya kalau hanya berdiam diri terus di gua, pikirannya akan menerawang ke mana-mana.
Goa Langse merupakan tempat semedi atau laku tirakat. Biasanya banyak pengunjung yang sengaja datang ke tempat ini untuk melakukan aktivitas tersebut. Sesekali ia juga pergi ke pasar saat persediaan makanan di tempatnya mulai menipis. Keperluan yang ia beli di pasar itu ia angkut sendiri dengan keranjang kepala ke Goa Langse.
Untuk membeli keperluan sehari-harinya itu, Mbah Kijem mengaku menggunakan uang yang diberikan para pengunjung gua. Mereka biasanya memberikan uang kepada Mbah Kijem secara sukarela. Sebagai timbal balik, tak jarang pula Mbah Kijem memasakkan makanan pada pengunjung yang sedang melakukan laku tirakat di gua tersebut.
“Saya sebenarnya nggak pernah memaksakan. Tapi mereka biasanya ada yang memberi Rp100 ribu ada pula yang Rp200 ribu,” kata Mbah Kijem.
Mbah Kijem mengatakan kalau dia sempat meninggalkan gua dan pergi ke Jakarta untuk menemani sang anak. Lama di ibu kota, nyatanya membuat hati Mbah Kijem gelisah. Dia tak kuat menahan rasa rindu untuk kembali.
Pada akhirnya, ia kembali ke Gua Langse untuk menikmati masa tenang. Perasaan itu tak lekang hingga hampir 50 tahun. Meski ia harus tinggal sendirian di dalam gua.
“Ada orang atau tidak, saya di sini,” ujarnya.
keputusan Mbah Kijem untuk hidup menyendiri sempat membuat warga setempat bertanya-tanya. Bahkan sempat muncul dugaan bahwa dia mengalami gangguan jiwa. Namun rupanya pilihan hidup menyendiri itu tak ada kaitannya dengan gangguan psikologis. Hal ini terlihat dari sikap Mbah Kijem yang tetap berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Nilam Widyarini, psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada mengatakan kemauan Mbah Kijem untuk berkomunikasi itu menandakan bahwa ia masih sehat secara mental.
“Mbah Kijem menarik diri untuk memahami dirinya sendiri,” ungkap Nilam.
Banyak orang yang datang ke Gua Langse untuk menjalankan laku spiritualitas, sama halnya pula dengan Mbah Kijem. Namun dia juga menjadikan tempat itu sebagai rumahnya, di mana ia memasak, mencuci, dan bersosialisasi dengan para pengunjung yang datang.
Namun lewat jalan spiritualitas itu, ia mengaku tak berharap banyak. Ia hanya mempunyai satu keinginan atas pertapaannya yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad itu.
“Meminta kesehatan untuk anak cucu saya. Biar mereka bisa sekolah lalu jadi orang pintar. Cuma itu saja,” ujar Mbah Kijem.
LIVE CASINO | DOMINO ONLINE | DEWA POKER | POKER ONLINE | JUDI BOLA | JUDI ONLINE | BOLA ONLINE | AGEN BOLA | AGEN POKER | BANDAR JUDI BOLA
Tidak ada komentar