Kisah Nekat Perempuan Jadi 'Orang Gila' Untuk Selidiki Kekerasan Mengerikan di Rumah Sakit Jiwa
DuniaBerita - IntanBet, Seorang perempuan menyamar jadi orang gila untuk selidiki kekerasan mengerikan di rumah sakit jiwa di Amerika Serikat.
Kisah ini berawal dari seorang perempuan bernama Elizabeth Cochran Seaman.
Perempuan kelahiran 5 Mei 1864 ini dikenal sebagi jurnalis yang memiliki nama pena Nellie Bly.
Elizabeth Cochran Seaman tumbuh di Pennsylvania, Amerika Serikat.
Dilansir dari Intisari.grid.id, Elizabeth sendiri adalah seorang perempuan yang memiliki gagasan luas bahwa perempuan harus memiliki manfaat bagi masyarakat.
Jadi dia memutuskan untuk menyuarakan apapun yang dia inginkan untuk membuat perbedaan dan perubahan.
Suatu ketika, setelah membaca sebuah kolumme di Pittsburgh Dispatch bernama "What Girls Are Good For", Elizabeth kesal karena tulisan tersebut.
Sehingga akhirnya ia menulis surat kepada editor kolom tulisan tersebut.
Editor Pittsburgh Dispatch, George Madden, dikabarkan sangat terkesan dengan kritikan dari surat Elizabeth itu.
Sehingga dia memintanya untuk menulis artikel untuk surat kabar tersebut.
Elizabeth pun akhirnya menuliskan satu kolom.
Lalu setelah Madden membacanya, dia menawari Elizabeth pekerjaan tetap dan memberinya sebuah pena bernama: Nellie Bly.
Sebagi jurnalis Nellie Bly sering menulis tentang isu-isu perempuan dan hak-hak bagi paara perempuan di waktu itu.
Dia juga menulis karya investigasi di mana dia pergi menyamar ke tempat-tempat seperti pabrik untuk mengekspos kondisi buruk tempat para wanita bekerja.
Tetapi setelah beberapa saat dia meninggalkan kota Pittsburg untuk pergi ke New York.
Pindah ke kota besar, dia mendapatkan pekerja di koran New York Word.
Dan salah satu tugas dan tulisannya yang paling terkenal adalah menyamar menjadi orang gila untuk masuk ke rumah sakit jiwa.
Hampir tak ada seorangpun yang dirawat di rumah sakit jiwa wanita itu kembali ke rumah dalam keadaan sehat atau bahkan hidup.
Karyawan di rumah sakit itu terkenal kasar.
Bahkan tak ada satupun yang berani bersaksi tentang perlakuan mereka pada pasien di rumah sakit jiwa tersebut.
Sampai Elizabeth memutuskan untuk mencari tahu keadaan rumah sakit jiwa untuk wanita itu sendiri.
Rumah sakit itu menampung dua kali lebih banyak pasien daripada ruang yang tersedia.
Makanan terdiri dari roti mentah kering, daging busuk, kaldu berair, dan air kotor, bahkan terlihat tikus di mana-mana.
Elizabeth pun berpura-pura memiliki sakit mental.
Lalu dia menggambarkan kondisi rumah sakit tersebut yang begitu buruk sehingga cukup membuat orang sehat pun jadi benar-benar gila.
Selain itu, Elizabeth bertemu dengan beberapa wanita yang sama sekali tidak sakit mental di rumah sakit jiwa tersebut.
Diketahui mereka yang sehat itu hanyalah miskin atau tidak mampu berbahasa Inggris.
Pasien di dalam rumah sakit tersebut dilecehkan, dipukuli, diikat.
Bahkan ia menyaksikan seseorang dipaksa untuk bertahan disiram dengan air es sebagai ganti mandi.
Dokter di rumah sakit jiwa tersebut menolak untuk percaya bahwa banyak pasien yang dilecehkan.
Siapapun yang mengeluh dan dirawat di sana pasti akan dihukum oleh para karyawannya.
Wanita yang sebenarnya sakit mental tidak diberi perawatan yang mereka butuhkan.
Namun setelah kebenaran itu terungkap 10 hari kemudian, Elizabeth membawa seorang pengacara dan menerbitkan buku berjudul "Ten Days in a Mad-House" (Sepuluh Hari di Rumah Gila).
Setelah buku itu diterbitkan pemerintah setempat akhirnya meberlakukan perubahan.
Situasi rumah sakit jiwa dan pasien pun akhirnya mulai membaik secara signifikan.
Elizabeth menjadi terkenal dan menulis artikel-artikel penting lainnya dan melanjutkan hidupnya sebagai perubah dan penulis.
LIVE CASINO | DOMINO ONLINE | DEWA POKER | POKER ONLINE | JUDI BOLA | JUDI ONLINE | BOLA ONLINE | AGEN BOLA | AGEN POKER | BANDAR JUDI BOLA
Tidak ada komentar