Breaking News

Ditutup Sementara Akibat Cuaca Ekstrem, Gunung Bulusaraung



DuniaBerita - IntanBetTerhitung sejak kemarin, Minggu (5/1/2020), jalur pendakian Gunung Bulusaraung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBabul), Sulawesi Selatan, ditutup sementara hingga batas waktu yang belum ditentukan. Demikian dikatakan oleh Iqbal Abadi Rajid, Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I TN Babul, melalui sambungan telepon. Penutupan ini berkaitan dengan prediksi BMKG yang menyebutkan cuaca ekstrem akan terjadi di Sulawesi bagian selatan, beberapa pekan ke depan.

“Menanggapi informasi dari BMKG tersebut, sebagai pengelola, Balai TNBabul, memutuskan untuk mengambil langkah terbaik untuk mengantisipasinya. Menutup sementara jalur pendakian di Gunung Bulusaraung hingga batas waktu yang belum ditentukan,” kata iqbal.

Walaupun Gunung Bulusaraung mempunyai ketinggian sekitar 1.375 meter di atas permukaan laut (mdpl), namun dari bagian puncaknya kita dapat melihat lepas secara bersamaan hamparan lanskap Kota Makasar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, dan Bone. Jarak dari Kota Makasar hanya sekitar 60 kilomter saja. Tidak heran, jika setiap akhir pekan, gunung ini selalu ramai didatangi oleh para pendaki yang dapat mencapai 200-400 orang. Khususnya, para pendaki lokal Sulawesi Selatan. Karena, untuk mendaki hingga puncaknya, hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam saja.

Dengan ketinggian kurang dari 1.500 mdpl dan waktu yang relatif singkat untuk mencapai puncaknya serta mempunyai panorama yang memesona, Gunung Bulusaraung sangat cocok untuk para pendaki pemula atau mereka yang baru memulai aktivitas pendakian. Tetapi, bukan berarti medannya mudah, sehingga kamu menganggapnya remeh dan tanpa persiapan ketika akan mendakinya. Karena, walau bagaimanapun persiapan itu wajib atau tidak akan ada pendakian tanpa persiapan.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa saja terjadi karena ramainya aktivitas pendakian, pihak pengelola meminta para pendaki mematuhi larangan tersebut. Termasuk tidak menerobos masuk melalui jalur ilegal. Untuk jalur resmi pendakian, hingga saat ini hanya ada satu jalur resmi, yaitu melalui Desa Tompobulu, Kecamatan Baloci, Kabupaten Pangkep.

“Penutupan jalur pendakian juga untuk memastikan keselamatan para pendaki. Karena, saat cuaca ekstrem, misalnya seperti hujan yang sangat lebat dan lama atau dalam skala tinggi, beberapa jalur rawan longsor, terutama pada pos 3, 4, dan 5. Juga ancaman hipotermia karena cuaca angin dan cuaca dingin,” kata Iqbal.

Sebagai informasi, di sepanjang jalur pendakian, pengelola sudah membangun sarana dan prasarana (sarpras) yang cukup lengkap. Pusat informasi dan tempat registrasi, ada sembilan pos lengkap dengan bangunan gazebo yang dapat kalian gunakan untuk beristirahat, sebuah shelter dan menara pengawas serta 4 tandon air yang berada di pos 9 yang merupakan areal camping ground yang jaraknya kurang dari sejam.

Medan pendakian tidak bisa dianggap mudah. Penuh dengan bebatuan terjal yang cukup menguji ketahanan fisik selama pendakian. Berbagai jenis pepohonan tersaji di sepanjang jalur pendakian.

Sebagai bagian dari taman nasional, keragaman hayati yang ada di Gunung Bulusaraung dan sekitarnya juga cukup tinggi. Menurut Iqbal, setidaknya untuk jenis flora ada 743 spesies dan beberapa di antaranya langka dan dilindungi. Sedangkan untuk faunanya juga cukup banyak, jumlahnya lebih dari 700.

Untuk pepohonan antara Pos 1-Pos 3 itu didominasi tanaman jenis pinus. Sedangkan antara Pos 4 sampai Pos 9, lebih didominasi vegetasi hutan pegunungan dataran rendah dan beberapa jenis perdu dan anggrek alam.

“Di sekitar site titik awal pendakian, ada demplot tanaman anggrek. Jumlahnya sekitar 53 jenis anggrek alam, yang dapat dilihat para pendaki sebelum ataupun sesudah aktivitas pendakian. Sedangkan, di sepanjang jalur pendakian dapat dilakukan pengamatan satwa. Karena juga merupakan site monitoring untuk melihat potensi kuskus trasius dan kuskus beruang juga sejenis musang dan rangkong sulawesi,” kata Iqbal.

Selain itu, ada juga satwa lain yang dilindungi endemik Sulawesi, yaitu Kera Hitam Sulawesi: Macaca maura. Namun, jenis ini sedikit berbeda dengan kera hitam berjambul punk yang berada di Sulawesi Utara.

“Untuk itu, kami mengingatkan para pendaki untuk tidak boleh membawa alat-alat musik, loudspeaker. Termasuk menyetel musik dengan loudspeaerdi smartphone. Karena akan mengganggu satwa yang ada di dalamnya. Juga dilarang keluar dari jalur pendakian atau zona pemanfaatan yang sudah ditetapkan oleh pengelola,” kata Iqbal.

Pemandangan hamparan Karst Maros akan menjadi hadiah yang sangat memesona bagi para pendaki yang menginjakkan kakinya di puncak. Juga pemandangan matahari terbit serta lautan awan.

Jadi, untuk kalian yang akan mendaki Gunung Bulusaraung, harap menahan diri dan bersabar, ya. Tunggu agar kondisi cuaca kembali membaik dan jalur pendakian dibuka kembali oleh pengelola Balai TNBabul. Persiapkan segala sesuatunya dengan baik sebelum nanti akan mendaki. Tidak merusak atau melakukan vandalisme pada sarpras yang ada, serta mengganggu flora dan fauna serta apa pun yang ditemukan serta dilihat di sepanjang jalur pendakian. Membawa kembali sampah turun dan keluar dari kawasan.

“Kami akan terus berkoodinasi dan update info dari BMKG. Jadi, apa pun perkembangannya, akan kami ketahui. Termasuk kondisinya. Mengenai kapan jalur pendakian akan dibuka kembali, kami akan lihat sampai kondisi cuaca sudah dapat dipastikan betul-betul telah bagus,” kata Iqbal.

Iqbal juga menambahkan, penutupan sementara jalur pendakian juga dimaksudkan agar alam Bulusaraung dapat kembali memulihkan diri. Harapannya, dapat dimengerti dan dipahami oleh para calon pendaki sehingga dapat bersabar hingga kondisi kembali membaik dan memungkinkan kembali untuk didaki.







Tidak ada komentar